2014/12/31

Catatan Akhir Tahun: On Time Resolution


Wah, gak kerasa banget ya udah dipenghujung tahun lagi. Padahal serasa baru kemarin kita tiba di 1 Januari. Begitu cepat waktu berputar, dan seakan hanya dalam beberapa kedipan saja, kita hampir sampai di pergantian tahun masehi. Aku yakin sudah banyak catatan-catatan, entah itu di notes kalian, di buku harian, sosial media tempat kalian curcol (hahaha), atau bahkan di memori kalian masing-masing yang telah terekam dan menjadi sebuah bundelan cerita dengan berbagai macam rasa. Mungkin yang paling berkesan adalah ketika kita menemui banyak hal atau pengalaman baru yang belum kita dapatkan sebelumnya, baik itu hal aneh, unik, lucu, bahagia, yang bikin deg-degan, bahkan yang sampai bikin kita nangis dan frustasi.

Baiklah, kita tinggalkan sejenak telebih dahulu pemikiran tentang tahun 2015 yang akan kita hadapi sebentar lagi. Mari kita flashback ke tahun 2013 dulu. Lho? bentar-bentar, kok malah loncat jauh begini flashback-nya? hehe. Tenang dulu, karena benang merahnya ada disini. Oke!! jadi begini, sebelum kita memasuki tahun 2014, tentunya banyak dari kita punya macam-macam resolusi di tahun 2013 yang kita ingin realisasikan di tahun 2014. Pertanyaannya, sudah berapa banyak macam resolusi yang telah kalian buat di tahun 2013 kemarin? dan berapa yang sudah terwujud di tahun 2014 ini? apakah semuanya mencapai sasaran? Mungkin ada yang iya dan ada pula yang tidak. Yang jelas memang tidak ada salahnya bagi kita semua membuat resolusi (asalkan yang positif) untuk menjadikan diri kita lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kalaupun kita gagal mewujudkan resolusi yang kita harapkan, maka kembali lagi ke bab sebelumnya (klik disini untuk bab sebelumnya: http://mygrendle.blogspot.com/2014/12/menikmati-sebuah-proses.html ) bahwa asalkan kita sudah menjalani dan menikmati betul sebuah proses mencapai tujuan, maka tidak boleh ada statement negatif di dalam pikiran kita yang muncul, dan selalu percaya bahwa Tuhan punya master plan lain yang lebih dahsyat untuk kita. Yaaa... asalkan kita juga harus terus berusaha dan mau belajar dari kegagalan sebelumnya, heheh. 

Berbicara tentang resolusi untuk tahun baru, maka aku punya salah satu resolusi menarik (mungkin untuk aku sendiri) yang ingin diwujudkan di tahun 2014, yaitu menghidupkan tradisi On Time. Hmmm... bayangkan!! di tengah budaya jam karet yang sudah mendarah daging di Indonesia, aku seperti orang gila yang mau membuat segalanya menjadi On Time.  Harapanku adalah agar kebiasaan tepat waktu ini bisa menular ke teman-teman yang lain, yang beberapa dari mereka menganggap budaya jam karet itu adalah lumrah. Mungkin diantara kalian yg membaca ini, ada yang berkata ngimpiiiiiii..... Tapi gak apa-apa, karena aku memahami tipikal orang Indonesia yang pesimistis, hehe. Memang ini tidak mudah, dan buktinya, aku sendiri gak bisa nerapin ini secara total di tahun 2014 karena ada saja hal-hal yang selalu mengganjalku untuk berhenti mewujudkannya. Ya, kenapa aku berpikir ingin menjalani kebiasaan seperti ini, sebab di negara-negara yang sudah begitu maju, bagi mereka Time is Money, dan bagi kita yang tertinggal jauh dibelakang, itu hanya sebatas kata-kata dengan komposisi gula yang dominan. Bukannya menjelek-jelekkan ya, tapi ini ya memang kenyataan, walaupun aku yakin ada beberapa orang diluar sana yang tidak seperti ini.  Bukankah kita sebagai orang Indonesia ingin menjadi negara yang maju juga? Bukankah itu impian semua orang Indonesia selama ini? Benar kan? Sayangnya, kita sebagai orang Indonesia hanya pandai mengucapkan saja di bibir dan terlalu banyak basa-basi ketika disuruh untuk tepat waktu. Ironis memang, tapi ya tetap aja gak sadar-sadar, hehe.

Ada suatu kejadian yang cukup unik di tahun ini saat aku mulai menjalankan tradisi tepat waktu. Ketika itu, aku dan temanku janjian jam 08.30 ketemu di kampus UGM, tepatnya di gedung Graha Saba untuk menghadiri suatu seminar disana. Lima menit sebelum pukul 08.30 aku sudah sampai di tempat seminar, dan seperti yang di duga-duga, dia baru datang 15 menit lebih lama dari waktu yang sudah disepakati. Dengan sadar pun aku marah-marah padanya karena datang telat 15 menit dari yang dijanjikan, padahal aku sendiri bukan panitia seminar (panitia seminar pun gak bakalan kayak gini), hahaha.... Uniknya dia hanya tertawa melihat aku marah-marah seperti itu, karena disamping aku bukan orang yang mudah marah (ini pendapat orang lho, haha), itu dianggapnya hanya bercanda. Ada lagi yang menganggap aku orang aneh ketika cuma sekedar janjian untuk ke cafe, waktu itu mukaku langsung cemberut ketika tahu dia datang lebih telat, padahal sebelumnya sudah janjian jam sekian untuk datang di cafe. Dan aku pun cuma bisa geleng-geleng kepala ketika dibilang orang aneh. Cerita lain yang lebih menguras hati lagi, adalah ketika aku sudah punya target waktu untuk menyelesaikan skripsi, namun walaupun udah berusaha untuk selalu on time mengerjakannya, berhubung pembimbing skripsi yang sangat susah untuk ditemui, dan terkadang jadwal bimbingan harus berubah-ubah tak menentu, terkadang bisa beberapa hari, ataupun bahkan bisa seminggu tertunda (maafkan saya pak pembimbing, hehehe), jadinya target untuk menyelesaikannya ya jadi mundur-mundur juga. Alhamdulillah akhirnya bisa diselesaikan juga meskipun harus mundur sekitar 4 bulan dari waktu yang sudah direncanakan.

Yang bikin aku tambah miris adalah jika selalu berusaha tepat waktu dan ada yang komen, "kamu ini kenapa?, kita kan orang Indonesia, udah biasa lah kalo ngaret-ngaret dikit", dan bla bla bla.....Eaalllaaahhhh, sakitnya tuh disini (nunjuk kepala). Bukannya mau sok-sok an tepat waktu ya, tapi sekali lagi, aku cuma ingin orang Indonesia itu lebih menghargai waktu, karena waktu itu ya memang benar-benar berharga. Satu menit yang udah berlalu itu tidak akan pernah kembali, sekalipun dibayar dengan harta kekayaan 7 turunan pun. Janjian ke cafe, ketempat makan tepat waktu, pergi ke seminar, ataupun hal-hal kecil lainnya, itu aku lakukan agar bisa menjadi terbiasa,  dan bisa lebih dan lebih merasakan betapa berharganya setiap detakan waktu.

Jujur aja, setelah beberapa kejadian yang bikin aku capek hati, sempat kembali lagi dengan kebiasaan ngaret, selalu ngulur-ngulur waktu, datang paling terakhir, dan parahnya lagi sampe di marahin sama teman yang janjian karena ngaretnya udah anti-mainstream, hehe. Namun suatu hari, aku seperti dibangunkan lagi ketika ada yang berkata, "Mana on-time mu? kok malah makin parah ngaretnya? ah, ngomong doang ini mah!!!". Seketika itu aku seperti langsung di tusuk sebuah besi panas yang baru diangkat dari bara api yang masih segar, hingga membuat mataku melek, dan sadar lagi bahwa aku sudah terlalu banyak berpikiran negatif sehingga menenggelamkan resolusi yang sudah kubuat sendiri. Maka dari itu, aku mulai kembali lagi untuk menjalaninya tanpa harus banyak berpikiran negatif, sebab jika sudah seperti itu, aku tetap bisa menjalaninya tanpa ada rasa capek hati. Aku percaya bahwa satu saat nanti dengan kesadaran diri yang tinggi, budaya on time akan menjadi budaya yang akan dipegang erat-erat oleh orang Indonesia sehingga kita bisa menjadi negara yang lebih maju lagi, tanpa harus dianggap lagi sebagai  third line country.

Sekali lagi, aku hanya ingin agar kita sebagai orang Indonesia menyadari betapa berharganya waktu, karena meskipun itu adalah hal kecil, namun jika kita benar-benar mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka bukan tidak mungkin akan terjadi perubahan drastis yang akan kita alami nanti. Memulai dengan hal-hal yang kecil akan lebih membantu kita untuk terbiasa dalam suasana on time agar kita tidak menganggap ini adalah budaya yang tabu. Untuk itu, resolusi yang sama masih ingin aku wujudkan di tahun 2015 nanti, yaitu menjalankan tradisi tepat waktu ini dengan total tanpa ada keragu-raguan lagi. ^_^


2014/12/23

Menikmati Sebuah Proses

 Untuk mencapai sesuatu memang tidak ada yang tidak melalui sebuah kata yang bernama proses. Kita tahu bahwa untuk melakukan suatu hal yang paling simple pun pasti selalu ada prosesnya. Bahkan hal sesederhana seperti bangun dari tidur pun membutuhkan sebuah proses, karena alam sadar harus bekerja step-by-step sampai akhirnya kita terbangun dari tidur. Oke, sekarang jangan berpikir untuk mencari salah satu contoh aktivitas yang sama sekali tidak ada prosesnya, karena semakin kalian mencarinya, semakin banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk membaca bab ini sampai selesai, hehehe  ^.^v

Jadi, apa yang sekarang selalu terpikir dibenak sebagian besar orang ketika ingin mencapai sesuatu? Ya, adalah hasil dari sebuah pencapaian. Kebanyakan dari kita hanya berpikir tentang hasil-hasil yang begitu manisya, yang begitu menggiurkan tanpa ingin memperhatikan atau melalui proses yang sedemikian njelimet. Aku ambil salah satu contoh ketika kita ingin menjadi seorang pengusaha, yang ada dibenak kita adalah menjadi manusia yang serba berkecukupan, yang bisa mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga kita tentram dari segi materi. Tapi saat menjalaninya, tidak sedikit yang menemui hal-hal diluar ekspektasi sehingga adakalanya bendera putih telah berkibar lebih dulu sebelum hasil yang diinginkan tercapai.

Lucunya, saat menjalani proses yang berat dan kita sudah menyerah, kita tidak melihat lagi hasil-hasil yang kita bayangkan sebelumnya, yang bisa melambungkan kita setinggi langit, padahal itu baru di angan-angan saja, hehe. Memang ada baiknya untuk kita memperhatikan hasil, karena setidaknya itu akan memacu semangat kita untuk mencapai hasil itu. Namun sekali lagi, proses akan selalu menguji dan menggoda kita untuk  menyerah, melupakan semua yang kita inginkan pada awalnya, sehingga membuat kita untuk menghentikan langkah dan berhenti untuk meneruskannya karena merasa begitu capek, lelah, sia-sia, membuang waktu dan tenaga, dan lain-lain. 

Yang pernah terlintas dipikiranku, adalah hal yang membuat beberapa orang tetap melanjutkan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan namun dengan cara mengambil "jalan pintas", dan sungguh ini merupakan suatu hal yang benar-benar keliru!! Ingatlah, bahwa bagian yang terpenting dari menjalani sebuah proses adalah dengan menikmatinya, karena dengan seperti itu, jari-jari kita kita akan mampu, walaupun sedikit demi sedikit, mencengkram hasil yang telah berada di depan kita. Sebuah jalan pintas yang kita ambil akan merusak cara kita menikmati proses itu, dan aura kepuasan yang akan dirasakan jelas berbeda dengan saat kita benar-benar menikmatinya. Ibarat jika kita ingin memakan kue yang enak, cita rasa kue itu akan berbeda jika memakannya dengan 5 atau 6 kali gigitan, dibanding hanya dengan sekali gigitan dan udah gitu beresiko kena penyakit pula, hehehe... 

Dan jangan pernah melupakan Tuhan yang sudah menciptakan segalanya, termasuk menciptakan sebuah kata yang bernama "proses" ini, dan akan selalu menempel di setiap kita mempunyai cita-cita atau tujuan. Sekali lagi yang ditekankan disini, bahwa menikmati suatu proses adalah suatu hal yang terpenting saat kita menempuh perjalanan yang menuju suatu tempat yang bernama cita-cita, dan sudah barang tentu dalam setiap langkah menuju kesana, doa kepada Tuhan akan menjadi naungan saat kita menemui kesulitan-kesulitan dalam melangkah. Dan segala hasilnya yang akan didapatkan, kita pasrahkan semua kepada-Nya. Sekalipun itu gagal, maka Ia punya rencana lain yang lebih menakjubkan yang akan diberikan-Nya pada suatu saat nanti. Jadi teman-teman , marilah kita mulai menikmati sebuah proses dari sekarang!!  ^_^