Ada istilah yang cukup menarik saat
suatu malam saya mendengarkan khutbah shalat tarawih di masjid kampus UII Ulil Albab malam ke-15. Ketika itu, sang khatib (saya lupa nama beliau)
menyebutkan satu istilah dalam khutbahnya, yaitu “sistem otomatis kebaikan”. Paling
tidak, cukup membuat saya tertarik akan makna dari sistem otomatis kebaikan ini.
Agar lebih jelas, saya akan menganalogikan istilah ini dengan aktivitas seorang
programmer. Jika diibaratkan seperti
seorang programmer, ketika programmer tersebut sedang melakukan
aktivitas pemrograman atau coding,
maka tidak boleh ada kekeliruan sedikitpun saat memasukkan setiap operator di
dalam logical-nya. Jika terjadi
kekeliruan sedikit saja dalam operatornya, maka sistem akan keliru membacanya
atau memberikan informasi kesalahan pada coding
yang telah dibuat.
Sama halnya seperti sistem otomatis kebaikan ini. Kita
pastinya melakukan aktivitas-aktivitas dalam setiap kehidupan kita, entah itu
baik atau buruk bagi kita. Nah, aktivitas baik atau buruk itulah yang
diumpamakan seperti operator tadi, dan ketika kita hanya terbiasa melakukan
aktivitas yang baik-baik saja, maka saat kita melakukan hal yang buruk atau
malah menimbulkan dosa untuk kita, qolbu
akan langsung memberikan informasi kekeliruan pada aktivitas yang kita buat.
Lebih jelasnya lagi, ketika kita menghasilkan keburukan atau dosa dalam
aktivitas yang kita buat –tanpa memandang kadarnya- maka kita langsung merasa tidak nyaman karena kita memang tidak biasa
melakukan hal tersebut. Ada rasa cemas, dan merasa penuh bersalah karena setiap
gerak gerik kita selalu diawasi oleh Tuhan.
Uang seberapapun jumlahnya, walaupun hanya Rp. 100 saja (misalkan), tapi
jika uang itu bukanlah hak kita, maka kita tidak akan merasa tenang memiliki
uang tersebut. Di dalam hati pasti ada kegelisahan yang akan muncul dan ingin
segera mengembalikan kepada pemiliknya. Di saat kegelisahan itu muncul, maka
disaat itulah sistem otomatis kebaikan dalam diri kita sedang bekerja, sehingga
kita merasa takut untuk memiliki uang Rp. 100 tadi.
Namun teman-teman, sistem ini hanya akan terbentuk dalam
diri kita apabila kita membiasakan diri untuk menjauhi hal-hal yang
menghasilkan keburukan dimata Tuhan, serta mendekatkan diri pada hal-hal baik
yang dicintai Tuhan. Dengan begitu, sistem ini akan lebih mudah aktif dan
bekerja di dalam diri kita, sehingga akan menjadi alarm yang efektif untuk
meningkatkan ketakwaan kita pada Tuhan Yang Maha Esa. ^_^
Ket: gambar dikutip dari https://tutinonka.wordpress.com/2010/08/30/tuhan-hadir-di-kampus/